Monthly Archives: November 2011

menikmati perjuangan-genießen den Kampf

Menikmati perjuangan.. itu yang sekarang sedang hangatnya kurasakan. Sebuah kesempatan menimba ilmu yang nyata terpajang di depan mata, bisa kandas ketika tidak ada kesungguhan dalam perjuangan yang kulakukan. Meskipun waktu menimba ilmu-nya relative singkat-hehe training seminggu saja. Tapi belum mulai trainingnya, sudah banyak sekali ibrah yang aku peroleh. . sangat banyak sampai2 kepala ini kadang tak sanggup menampungnya. Makanya cara positif untuk mengeluarkannya adalah dengan menulis.

Allah tidak akan salah.. jika memang ketetapanNya sudah fix, ya pasti ga akan ke mana.. hanya ikhtiyar yang harus terpancang sedemikian sungguh-sungguh hingga menggetarkan alam semesta, yang mampu membuatku merasa sedemikian nikmatnya harus wara wiri dan hilir mudik, sambil setengah berlari atau bahkan berlari.. jadi teringat masa2 di kampus.

Hanya ketetapan Allah sekarang, ketika besok rabu kamis dapat passport, senin bisa appointment dengan embassy, maka chance untuk berangkat sangat mungkin…namun jika tidak,,sudah banyak hal positif yang kulakukan dalam mengejar salah satu kesempatan di antara banyaknya kesempatan Allah untuk meng-upgrade diri. Hal yang tak berani kulakukan ketika di kampus dulu, karena tidak pd dan kadar courage-yang kurang, sementara teman2 yang lain sedemikian gigihnya meng-upgrade diri.. ya baru sekarang terasa,, Alhamdulillah, bisa berbincang dengan bapak dan Ibu dari Negara luar Indonesia, meskipun dengan English yang pas-pasan. Namun sedikit demi sedikit courage-nya muncul.. menanggapi satu demi satu tantangan di depan mata, dan justru memperbesar minat untuk mencoba yang lebih besar… baiklah… akan saya teruskan.

Sampai di mana perjuangan ini berakhir, nampaknya tidak akan berakhir, dan aku sangat menikmatinya.. tantangan ini sungguh mencengangkan…

Ya Rabb…ku percaya, jika memang takdirMu aku bisa menginjakkan kakiku di winter-nya Dusseldroft dan kota2 sekitarnya pada tanggal 26 nanti (yang nasibnya bergantung paspor dan visa besok heuheu), maka takdirMu yang terbaik, akan ada banyak hal baru yang bisa menstimulus tantangan2 besar yang lainnya..namun jika tidak,, kabar gembira lulusnya aplikasiku yang disertai nikmatnya mengeluarkan peluh menjalani setiap prosesnya,, sungguh nikmatnya tidak tergantikan. Bismillahirrahmanirrahim… satu langkah menuju impian……….

Makanya Jangan Su’udzon

Kisah 1

Seorang Ibu di sebuah masjid memarahi seorang remaja yang tidak mau menggeser shaf ke arah sang Ibu. Alasannya adalah bahwa sang remaja tahu bahwa shaf sholat dimulai dari tengah bukan dari pinggir. Ia yang mencoba melaksanakan apa yang diketahuinya itu meminta  Sang Ibu yang bergeser ke arah dirinya sehubungan lebih mudah menggeser Ibu ke tengah dari pada menggeser beberapa orang Ibu lain yang sudah rapi berderet di tengah dengan rapi. Ibu2 yang lain di sampingnya juga meminta Ibu yang cuma satu itu yang bergeser. Ternyata  Sang Ibu malah marah dan menarik paksa lengan sang remaja sembari mengucapkan kata-kata yang ga kasar sih tapi keras sampai membuat para jamaah pria di depan sontak menengok ke belakang. sang remaja malu bercampur kesal, namun akhirnya mengalah. Mengalah tapi kesal.. karena merasa tidak bersalah.

Kesal? manusiawi sih,, tapi coba dipikir dengan jernih dan bijak. Ibu tersebut mungkin berpikir bahwa shaf shalat harus rapat, dan yang ia tahu adalah mulai shaf dari pinggir. dan itu yang dilakukannya sekuat tenaga sampai akhirnya keluarlah amarah dan perlakuan kasarnya kepada sang remaja. Mengontrol emosinya yang kurang itu mungkin yang salah,, sang Ibu yang cacat bungkuk tersebut mungkin hanya tahu itu saja. Sang remaja yang punya pengetahuan lebih harusnya lebih bijak.. ya sudahlah.. ikhlaskan..mungkin ada hal yang sangat mendasar yang dimiliki sang Ibu sampai beliau berbuat demikian.

Kisah 2

Tiga menit sebelum ashar berkumandang, seorang remaja menghentikan tilawahnya dan bermaksud mendengarkan adzan ashar. Dia meletakan Al Quran-nya di bantalan kaki hijab yang lebih tinggi posisinya dari lantai.  tak dilihatnya kacamata yang diletakkan seorang Ibu di lantai di bawah bantalan kaki tersebut. Sang Ibu dengan nada agak tinggi “itu kacamata saya!!!!”, sembari mengusap2 kaca matanya dan memindahkannya ke sisi yang lain. Sang remaja dengan nada yang coba direndahkan menjawab “tidak saya timpah kacamatanya, Bu. saya letakan Quran saya di sini sementara kacamata ibu di bawah. Lagipula ini quran kok Bu”  tapi nampaknya sang Ibu tidak mendengar. sang remaja pun mengelus dada.

Coba pikirkan, bisa jadi bagi sang Ibu tersebut, kaca mata itu dibeli dengan harta berharganya. karena tidak semua orang diberikan kelebihan harta bukan? Bisa jadi kalau itu rusak, sang Ibu tidak akan mampu membeli kaca mata yang sama, padahal kaca mata tersebut sangat dibutuhkannya untuk bekerja.

Tidak ada alasan lagi untuk berburuk sangka bukan?? dan Allah Maha Terbaik, termasuk dalam Memberikan Pelajaran