Monthly Archives: June 2017

Hikmah di balik Kisah, Al Quran, dan Diriku

Ide tulisan ini tercuat dari hasil kajian halaqah pekanan yang digabungkan dengan kajian yang diadakan oleh Masjid At Taqwa LUK, Serpong pada hari Sabtu, 10 Juni 2017 hari ini. Kajian ini menghadirkan Ustadzah Tri Handayani, seorang Ustadzah dari Bekasi yang memiliki perjalanan hidup yang teramat luar biasa, seorang pendawah yang merupakan seorang Kanker Survivor.

Dan tulisan ini adalah mungkin pembuka atau pendahuluan dari 2 tulisan yang mungkin akan saya buat berbekal hikmah yang saya dapat dari paparan Ustazah.

Jadi initi dari kajian ini adalah sebenarnya yang saya tangkap adalah paparan kisah yang luar biasa yang Allah gubah untuk seorang Ustadzah Tri Handayani untuk diambil dan digali hikmahnya bagi siapapun yang mendengarnya. Si saya sampe tertegun terpana terpesona betapa Allah Yang Maha Pencipta dan Berkehendak yang dengan mudahnya melampaui batas logika manusia.

Adapun di tulisan pendahuluan ini saya mau mengaitkan satu hikmah yang saya dapat dengan Al Quran dan kejadian saya sendiri. Saya yang dari dulunya adalah penyuka kisah dan lebih bisa mendapat hikmah better dengan proses penyampaian kisah jika mungkin dibandingkan dengan hikmah dalam bentuk pengemasan materi. Maka agak wajar ketika dulu titik point hijrah dakwah saya adalah buku “Palestine Emang Gue Pikirin” dan “Bukan di Negeri Dongeng” yang isinya lebih menekankan kepada pemaparan cerita bukan materi. Pun dengan bentukan karakter si saya sekarang yang saya sadari adanya pengaru perjalanan kisah diri sendiri yang menghimpun saya saat ini.

Dikaitkan dengan Al Quran, pernahkah berpikir mengapa Al Quran memiliki banyaaaaak banget kisah yang luar biasa di dalamnya? Kisah 25 Nabi dan Rasul, Kisah ashabul Kahfi, Kisah thalut dan Jalut, dan kisah-kisah lainnya yang bisa dibaca sendiri.

Dan mungkin bagi para dai sudah sangat familiar dengan QS An Nahl 125 yang secara ringkas menyatakan salah satu metode dakwah:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Lihat betapa penekanan metode dakwah pertama adalah “mengajarkan dengan hikmah dan pelajaran yang baik”

Betapa Allah sudah meng-consider faktor kejiwaan manusia bahwa manusia lebih mudah didakwahi dengan menggunakan metode  pengajaran dengan hikmah. Karena bisa jadi itu terjadi pada manusia dan ada kemampuan pencapian logika pada diri manusia untuk menangkapnya, apalagi jika kemudian pelajaran2 itu terjadi pada dirinya sendiri.

Kembali tentang kisah dalam Al Quran, dalam satu literatur (http://quran.al-shia.org/id/qesseh-quran/mukadimah.htm) disebutkan bahwa tujuan penyampaian kisah dalam Al Quran memiliki maksud sbb: Membuktikan kewahyuan al-Quran dan kebenaran misi Nabi SAW, Membuktikan kesatuan agama dan akidah seluruh nabi dan rasul, dan masih banyak lagi. Tapi bagi saya yang utama adalah Allah bercerita betapa Allah Maha Berkuasa Berkehendak, Maha Pencipta… (dan mari sebutkan satu2 sifat Allah di sini 🙂 )

Jadi harusnya manusia lebih dekat dengan Al Quran dibandingkan dengan buku kisah apapun. Karena di sana bisa digali keimanan diri.. karena bagi saya, dengerin paparan kisah Ustadz Tri Handayani aja tadi udah sukses berat nge-boost iman saya lagi subhanallah… nah mengenai kisah Ustadzah ini insyaallah akan diceritakan di tulisan berikutnya… (maklum emak2 udah harus ke dapur sekarang buat bikin tajil wkwkwkwk)

Bersambung yaa…

Nuhun

A Complex Feeling of a Mom to be

Tulisan ini akan dibuka dengan 3 pernyataan

“Tidak ada yang bisa memikirkan seorang anak melebihi ibunya”

“Masyarakat modern memiliki konsekuensi pertanggungjawaban atas pengetahuan-pengetahuan baru yang diterimanya lebih dari masyarakat dari generasi sebelumnya. Generasi masyarakat masa lalu mungkin banyak tidak tahu tapi ketidaktahuannya tidak lantas menghambat kehidupannya”

“jika pengen anak yang shaleh shalehah sabar kuat pinter ya harus bisa dididik bahkan sejak dalam kandungan”

Ketiga pernyataan tersebut berada dalam satu ruang lingkup diskusi yang sama, kegalauan saya puasa. Seminggu terakhir ini memang pikirannya ya tentang itu terus, puasa ga puasa. Kebingungan kebingungan yang takut asalnya dari kelemahan diri ini yang mengakibatkan si saya belum terlalu optimal dalam mengemban amanah mengandung ini. Maksudnya ada terlalu banyak factor yang mengiringi langkah kecil ini termasuk aspek yang disadari maupun aspek2 yang mungkin hanya Allah yang punya priviledge penuh di sana. Dan mudah-mudahan si saya selalu berada dalam kondisi menggantungkan semuanya sama Allah saja.

Kondisi iin sebenarnya iin anggap memungkinkan untuk puasa. Tapi pertanyaan yang muncul dr saya maupun paksu adalah apakah kemudian kalo saya menganggap saya kuat, debay yang di dalam kandungan juga kuat? Sebagai seorang FTM (first time mom), si saya belum paham sinyal-sinyal yang memang harus saya awasi sebagai bentuk warning apakah saya boleh puasa atau ngga.

Adapun di pemeriksaan UK24w, bu dokter bilang “air ketubannya cukup” dan “asal nutrisi, air, dan kondisi bisa tetap dijaga diperbolehkan saja puasa, kalo ga kuat ya buka” menjadi 2 pernyataan yang menjadi bekal saya untuk memperkirakan bahwa saya dan debay mungkin akan kuat puasa. Meski tetap ada pertanyaan “iya debay nya kuat?” dan si saya pun browsing dan nanya2 pertimbangan orang2 yang akhirnya membawa pada kesepakatan saya dan suami untuk puasa sehari buka sehari, alias puasa selang sehari ala ala puasa daud untuk tetap menjamin nutrisi debay tetep terpenuhi.

Kenyataannya minggu pertama bisa dapat 3 hari Alhamdulillah, tapi kemudian dievaluasi lagi karena sempet lemes dll dan wa dengan bu dokter bahwa sebaiknya memang kondisi terbaik itu bumil dalam ukuran hamil iin ga puasa. Understandable, karena target pertambahan debay bulan ke 6 menuju 7 adalah sekitar 600gram.

wp-1496731152509.jpg

Dan ternyata sodara si saya kemarin pas nimbang malah turun bbnya dibandingkan dengan UK 24 yang lalu. Turunnya sekilo padahal puasanya juga cm 4 hari. Diskusi ma paksu dan juga ngobrol ma ummi dan mamah mertua. Dapatnya malah galau. Akhirnya tadi malam pas buka dilanjut pas sahur diskusi agak panjang sama paksu yang ngelihat si saya udah cirembay air mata.

Apa yang dibilang mamah mertua adalah hal yang wajar. Ditambahi dengan apa yang dibilang abah tentang “kalo mau anak sholeh ya harus bisa dididik dr sejak dalam kandungan” make sense though tapi da kumaha geuning ada aja was was dr saya atau juga malah si paksu tentang kondisi debay dalam kandungan si saya.

“orang zaman dulu itu, USG juga paling Cuma sekali 2 kali, ga minum susu atau supplemen vitamin seperti yang iin jalanin sekarang. Tahu sungsang, placenta di mana, cewek atau cowok juga mungkin di akhir saja. Beda sama generasi sekarang yang kadang banyak tahu tapi kemudian malah menimbulkan kekawatiran-kekawatitran yang lain. Mamah itu seperti yang a bilang, 12 anaknya semua puasa dan lancar2 saja. Ga minum susu, ga ngitung pergerakan bayi dst”

“trus a im, tapi ngebiarin iin minum susu sama suplemen”

“itu karena ada tanggung jawab atas pengetahuan yang diberikan yang akan mengandung konsekuensi ketika kita tahu tapi avoid”

Dan keluarlah pernyataan yang kira-kira saya interpretasikan seperti yang saya tulis di kalimat pembuka tulisan ini bahwa terkadang pengetahuan akan memberikan efek pertanggungjawaban dan kekawatiran. Ketidaktahuan terkadang membawa pada situasi yang lebih tenang, tapi tho harus diikuti juga kan, karena fakta bahwa perkembangan zaman itu benar-benar terjadi. Pola yang saya jalani untuk pemeriksaan per bulan, tahu ini tahu itu mengakibatkan adanya keharusan penyikapan dengan sebaik-baiknya karena itu juga adalah tantangan generasi yang kita jalani sekarang.

Yang jelas, tidak ada yang memikirkan seorang anak seperti ibunya. TIDAK ADA. Ini yang mungkin terjadi pada si saya saat ini. Mulai dari asupan makan, posisi tidur dll yang diatur sedemikian rupa sehingga debay dalam kandungan stays safe and comfortable. Bahkan nenek ataupun ayahnya juga ga akan mikirin the way a mother is thinking her child. Beda. Dan yang tahu kondisi badan kita ya kita sendiri ga ada yang lain, even kita jelasin se jelas2nya ke dokter atau suami, da ga akan sama persis seperti apa yang dirasakan. Jika emang harus menempuh jalan ngambil rukhshah ya udah kan diperbolehkan,, niat menjalani yang terbaik menjadi ibu terbaik bagi sang anak..

Well, in Cuma takut bahwa kenyataan bahwa kekuatan ruhiyah iin ga sama menggelora seperti ketika dulu kuliah di mana ghirah keislaman kuat banget, kekuatan kedekatan sama Allah juga. Well I feel that muraqabah yang in rasakan memang punya bentuk yang berbeda tapi semuanya bermuara sama Allah.. apalagi iin mengharap Al Mushawwir memberikan anugerah dan penjagaan terbaiknya for my little one. In Cuma takut kelemahan in yang in punya sekarang akan punya pengaruh dan membuat in ga peka sama petunjuk2 yang Allah kasih. Siapa tahu malah sebenarnya debaynya seneng2 aja diajak puasa.

Kekawatiran ini wajar in rasakan meski efeknya bikin jiwa kaya roler coaster. Tetep semuanya akan kembali pada keputusan Allah.. penetap Takdir terbaik bagi semua hamba2Nya termasuk saya, aim, dan our little one. Just wish and hope the best…

 

Cinta

Siapa sebenarnya di muka bumi ini yang paham secara komprehensif apa arti umum cinta? Dengan banyaknya jenis cinta yang ada, cinta orang tua kepada anaknya cinta suami kepada istrinya, cinta saudara kepada saudaranya, cinta seorang karyawan kepada pekerjaannya atau cinta kepada hobi dan hewan kesayangan… begitu banyak ragamnya.. dan tentu cinta yang lebih kompleks antara hamba dengan Tuhannya dan cinta dari Rasulullah kepada umatnya,.. (di sini si saya ga bahas cinta dari aspek yang ini hehehe).

Dan betapa banyak dari kita mungkin tidak sadar betapa mungkin diri kita dihujani cinta yang tak terbatas dan tulus dari ibu dan bapak kita bahkan sejak dalam kandungan. Dan itu yang kurasakan sekarang. Begini rasanya mencintai dari dalam hati yang paling dalam terhadap sosok yang mungkin wajahnya atau bentuknya saja kita tidak tahu,. Setiap saat mendoakan, setiap saat selalu mengharap Al Mushawwir selalu memberikan anugerahnya kepadanya juga penjagaan terbaiknya.. setiap saat makan selalu membaca bismillah berharap setiap makanan yang ada bisa memberikan barakah kepadanya untuk tumbuh dan berkembang, juga setiap saat mengajaknya bicara ketika akan mulai beraktifitas “ayo nak, kita shalat” dan sejenisnya..

Jadi begini rasanya ternyata membersamai seorang anak mulai dari kandungan.. rasa geli atau nyeri atau terkejut ketika dia tiba-tiba bergerak lincah, rasa kawatir ketika dalam beberapa jangka waktu tertentu dia tidak memberikan feel “bergerak” (mungkin bergerak, ga kerasa aja sama mamahnya). Begini rasanya untuk senantiasa mengharapkan yang terbaik.. penjagaan dan perlindungan terbaik. Asa was2 terus juga hehehe.. dan akhirnya aku mengerti bagaimana rasa ibuku terhadapku.

Well… cinta seperti ini adalah satu cinta yang lahir dari cinta jenis lain yang juga baru kurasakan setelah Allah menakdirkanku bertemu dengan orang itu. Sebelumnya aku Cuma bisa mengira dan menerka seperti apa rasanya ketika dua orang saling mencintai.. belum kebayang karena sebelum nikah belum ngerasain. Cuma bisa nyimak dari apa yang mungkin dibaca atau apa yang ditunjukan oleh orang lain. Dan akupun had no clue bagaimana mencintai seorang asing sebelumnya meskipun ada perasaan “mengharapkan untuk dicintai” yang selalu ada.

Ada sedikit gambaran yang berbeda antara bayangan sebelum dan sesudah nikah. Dan kenyataan yang ada ternyata jauh lebih indah significantly but it takes time to know each other, isn’t it? Ada banyak yang harus di-adjust, ada banyak yang harus dipahami dan di-sabar-I (mungkin lebih banyak dia yang sabar hahaha.. kalo iin kan tinggal mencuat crying in pojokan).. ada banyak cerita masa lalu yang ingin dishare atau cerita masa depan yang ingin digubah bersama,. Ada banyak diskusi politik atau agama yang juga mewarnai atau ada banyak tingkah yang kemudian membuat dahi berkernyit.. dan terutama ada banyak yang harus disyukuri… sungguh.. sangat banyak dan aku bersyukur padaMu Ya Rabb atas kehadirannya dalam hidupku juga atas benih yang kemudian ditanamnya yang kini menggeliat-geliat (kelaparan) di dalam perutku.. atas keluarganya yang lucu-lucu juga atas apapun yang Kau berikan seiring dengan kehidupan kami yang berjalan.. semoga Kau selalu memberikah mahabbah barakah sakinah mawadah dan rahmah dalam kehidupan kami…