Monthly Archives: December 2013

Dinamika Keimanan is Inevitable, but Effort for keeping it right is something that has to be put

Okay, si saya sudah lama ga nulis. Too long, I would say that. And this content of my brain is too tempting to be written. Another objective is to maintain this spirit inside my heart, my brain, and my soul. I don’t want to lose it again. Hidayah ini, akan saya gigit dengan geraham sampai akhir hidup saya. Saya janji. Y Allah bantulah saya memenuhi janji ini. Ini sambil nulis, sambil bergejolak banget dadanya..

Well. I know really well that this way is an utterly long way. The way I mean is jalan perjuangan untuk menegakan agama Allah. Kita semua hidup untuk melakukan hal tersebut bukan? It is the most obvious reason why Allah gives us life, are you agree with me?

Dalam perjalanan ini, dinamika keimanan yang sesuai fitrah adalah sesuatu yang natural terjadi. Bertambah dan berkurang. Yang menjadi masalah yang harus menjadi concern kita adalah sejauh mana pertambahannya dan seberapa besar pengurangannya. Mampukan kita bisa menjaga sustainabilitas gradient keimanan kita? Ataukah malah kita besar pasak daripada tiang? Besar pengurangan daripada pertambahan?

Manusia tempatnya salah, manusia itu lemah, kebanyakan tidak bersyukur, dan masih banyak lagi karakter-karakter negative lainnya yang dimiliki manusia yang disebutkan dalam Al Quran. Tapi bukan berarti manusia tidak mampu melepaskan diri dari sifat2 negatif itu. Allah memberikan amanah kepada manusia sebagai khalifah fil ardh tentu dengan alasan2 yang tidak bisa kita bayangkan, tapi kepercayaan Allah kepada manusia terutama manusia yang bisa menjaga sisi-sisi rububiyahnya yang membuatnya bahkan lebih mulia dari malaikat, merupakan sebuah kepercayaan yang tidak bisa dianggap remeh. Allah tidak butuh manusia. Itu fakta! Manusia yang butuh Allah! Maka selayaknya manusia menggunakan setiap kesempatan yang diberikan Allah untuk kebaikan yang membuat derajatnya semakin baik, dan bukan sebaliknya. Namun apa yang terjadi? Kembali ke kelemahan manusia tadi, banyak manusia yang menyerah kepada tuntutan-tuntutan hawa nafsunya, menyerah kepada ajakan syetan yang mendorongnya untuk meninggalkan kebaikan dan mengerjakan maksiyat.

Tapi manusia punya akal. Dia bisa kembali dari jalannya yang salah dan kembali ke jalan yang benar. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penerima Taubat. Kedua factor ini yang sebenarnya jadi modal yang sangat penting. I don’t say that human can always do mistakes and then ask for Allah’s forgiveness. What I mean is that human might unwillingly do mistakes, but they could return to the right pathway. They can learn their mistakes and make commitment not to repeat it again. Not to be trapped in the same holes.

Sebenarnya, sederhananya, amal bisa menjadi parameter yang menunjukan ukuran keimanan seseorang. Bagaimanapun bagi saya, amal adalah buah dan aktualisasi keimanan. Contoh simplenya: apa yang lagi sering dibaca sekarang? Apakah Novel? Cerpen? Isinya apa? Tentang islam? atau tentang hal-hal duniawi yang justru tidak berefek pada pertambahan keimanan melainkan sebaliknya? Apa yang lagi sering nongol di playlist winamp? Nasyid? Murratal? Ataukah nyanyian2 yang bisa membekukan hati dan justru melupakan Allah.

Tubuh kita sudah sangat keren dibuat Allah atas kepekaannya terhadap Read the rest of this entry

My lovely Family

image