Monthly Archives: October 2010

sebuah perjalanan 26 Oktober 2010

25 Oktober

Hari ini bagiku adalah perjuangan, perjuangan mewujudkan sebuah impian, perjuangan untuk menjadi seorang yang bisa bermanfaat untuk ummat, dan perjuangan untuk mencoba mencari posisi di manakah sebenarnya Allah ingin menempatkan segenap potensi-ku untuk digunakan semaksimal mungkin utk Islam.

Dimulai dengan perjalanan mengurusi SKCK di kepolisian Sektor Kecamatan Pacet, dilanjutkan dengan pemerikasaan sidik jari, ngurus SKCK di Polres Cianjur, ngurus kartu kuning di Rawa Bango, legalisir SKCK… hahahaha pokonya riweh lah, repot pisaaan.

Ada banyak hikmah yang kudapat dari perjuangan ini,, pertama: jadilah Wirausahawan biar ga repot bikin surat2 beginian,,hehe, yang kedua,, aku melihat betapa orang berbondong-bondong mencari pekerjaan,, mulai dari yang baru tamat sekolah, Bapak2 ma Ibu yang udah tua, anak2 muda, banyak ya ternyata. Ini indikasi banyak hal, bahwa Indonesia belum punya cukup pekerjaan yang bisa diisi oleh masyarakatnya, bahwa masyarakat Indonesia antusias kok jadi pekerja,, hehe,, ya iyalah ya orang buat menghidupi diri dan keluarga.

Tapi yang cukup mengerikan adalah ketika mendengar si Ibu2 di tempat pengurusan KK yang saling mengobrol tentang bagaimana mereka bisa dapat pekerjaan, yakni dengan membeli pekerjaan itu dengan sejumlah uang. Ada yang bernilai 10 juta ada ada yang bernilai 3 juta. Hmm aku mengernyitkan dahi dan geleng-geleng. Dalam dunia mencari kerja pun politik uang juga kepake ya.. ngeri ah.

Sepulang dari proses yang panjang dan melelahkan untuk pengurusan SKCK dan kartu kuning, aku bersiap2 untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Lelah, tapi menyenangkan. Aku sangat mnyukai kondisi2 dimana aku lelah karena telah berjuang melakukan sesuatu. Apalagi untuk perjuangan kali ini, Allah menyisipkan banyak hal indah yang ditunjukkanNya padaku untuk membuatku semakin mencintaiNya, mulai dari pemandangan yang amat luar biasa yang makin membuatku semakin mencintai alam Indonesia, mulai dari bau sawah yang sangat kurindukan, udara sejuk yang msih bisa kuhirup, awan biru yang berarak yang masih bisa kutatap.. duhai Pemilik Segala pemandangan ini,, Duhai Pemiliki Segala Indra yang bisa menikmati pemandangan ini,, fa biayyi aaalaaa I Rabbikumaa tukadzibaan…

persiapan ke Jakarta usai dan aku langsung cabut. Naik Bus Marita, dan sampai di Kampung Rambutan pada pukul 7 Waktu Indonesia bagian Kampung Rambutan..harap2 cemas menanti jemputan dan akhirnya dengan petunjuk dan kuasa Allah singkat cerita nyampailah saya di rumah Bu Le-nya Ayu.

Belajar bentar trus terlelap, hingga keesokan harinya…. hari yang penuh dinamika banget lah..

 

26 Oktober 2010

perjuangan dimulai kembali dengan memutari Jakarta, tepatnya memutari senayan untuk mencari tempat ujian. Dan wew ujiannya PPKn banget laah,,, tentang moral, UUD 1945, Pancasila, BPUPKI, hmmm….

pulangnya memutuskan untuk pulang kembali ke Cianjur terlebih dahulu, pulang menemui kedua orang tua,

yang sangat surprise dalam perjalanan ini adalah… keinginan pulang ke Cianjur, yang sangat tepat, karena ternyata kereta menuju BANDUNG yang terdekat jadwalnya terpaksa ditunda kedatangannya karena longsor, aku langsung berpikir, Betapa Besar Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk.

Sepanjang perjalanan menuju rumah dipenuhi gelak canda tawa mengenang kembali masa-masa sekolah di SLTPN 1 Pacet,, ngangenin banget deh tu sekolah,,

 

di balik keterbatasan ada kekuatan

Bismillahirrahmanirrahiiim,

24 Oktober 2010

(kawatir keburu ilang nih isi kepalanya)

pagi hari di Rumah di Cianjur, Allah memperlihatkan tayangan yang sangat menginspirasi hari ini. (heu bukan promosi) tapi di Tans Tivi meskipun sejenak,

seorang bernama Prayitno yang Allah ciptakan tanpa jari-jari tangan. Namun apa yang bisa dilakukannya hampir sama bahkan lebih dengan manusia normal. Hal yang menjadi kelebihan Pak Prayitno adalah kegigihan, semangat juang, dan kekuatan yang membuat beliau lebih dari sekedar biasa… heu kereeen.

sebuah perjalanan di tanggal 21 sd 23 Oktober 2010

Bismillahirrahmanirrahim

21 Oktober 2010

bermula dari penyadaran akan titipan Allah akan apa2 yang iin miliki kini. Lebih tepatnya nyadar bahwa ada satu benda yang in gunakan dan itu adalah amanah.. riil amanahnya karena itu adalah titipan sebuah organisasi yang Allah takdirkan telah menjadi bagian hidup dari iin sendiri…

berlanjut dengan kebergantungan iin terhadap benda itu. Kusadari betapa butuhnya saya akan benda yang satu ini,, akhirnya kuputuskan untuk membeli benda itu dengan uang jerih payah yang kukumpulkan,,,

tapi bingung,, aku sama sekali gagap kalo soal istilah2 hardware komputer, apa itu DDR apa itu RAM, apa itu memori, dan lainnya akhirnya kuputuskan untuk menculik kunden buat nemenin iin milih supaya ga salah…

Hari itu, hujan deras, dan aku telat datang ke waktu yang udah dijanjikan sama kunden karena harus melayani konsultasi adek2,, hehe.. tapi akhirnya jam 7 kurang 15 nyampe Gramedia dan kubelokkan langkah menuju mesin ATM dengan maksud mengambil sejumlah uang yang dibutuhkan. Karena kurang familiar dengan tipe mesin ATM yang dsana, akhirnya terjadilah kejadian itu, dmana kartu ATM-ku tertelan dan tak bisa diapa2kan. Panik bercampur kawatir, tak tau berbuat apa, telpon sana telpon sini akhirnya ya sudah direlakan, moga2 ga ada yang iseng ngotak-ngatik mesin dan ngambil uang sisanya,,, atuhlaah itu uang yang aku kumpulkan selama 5 tahuuunnn…

akhirnya hanya dengan berbekal 2.7500.00,00 aku berani melangkah bersama kunden ke BEC dan wara wiri ke sana kemari mencari the best Laptichan yang sesuai ma kocekku saat itu, dan jam pun menunjukan angka 8 lebih dikit,, harus segera mutusin, akhirnya kupilihlah laptichan merah marun yang tipis dan cantik ini untuk menemani aktifitasku,,, moga kita jadi patner yang baik ya leptichan…

 

bismillah ya Allah,,, moga2 barang cantik titipan Allah ini bisa bikin Iin makin cinta sama Allah,, itu aja harapan iin…

 

 

22 Oktober 2010

kembali wara-wiri buat nginstal ubuntu sama windows dan beberapa program lain yang kuperlukan,, sekaligus ngurus si kartu ATM yang tertelan,,tapi alhasil tidak maksimal kerjaannya,, malah gangguin kunden yang saat itu lagi sibuk kerja.. maaf ya kundeen.

Ngisi mentoring yang isinya sama dengan materi liqo yang dikasih pekan kemarin dan yang jadi tugas iin huhu,, subhanallah betapa skenario Allah ok banget punya adek2 unyu2 kaya mereka.. selesai mentoring dilanjut ngajar mpe jam 7 malem, dan jalan dari antapani menuju rumahku,,, asramaku,,, dan moga jadi surgakuu..

 

23 Oktober 2010

hari ini adalah hari yang sangat menegangkan karena adanya petualangan-petualangan yang baru dalam hidup.. Hari ini, iin harus verifikasi data fisik sebagai pra syarat ujian tulis CPNS LIPI di Jakarta. Dengan planning yang aga kurang matang yang dibuktikan dengan kurangnya informasi buat nyampe dsana..tapi alhamdulillah bersama Ayu akhirnya bisa duduk dengan sangat manis di kursi kereta…cerita-cerita penjang lebar dan akhirnya dipertemukan dengan peristiwa yang sangat tidak terduga.. ketika tiba2 sebuah batu kecil melayang masuk ke dalam kereta dan membuat penumpang tepat di belakang kami terluka. Kucuran darah yang cukup deras mengalir dari dahinya, adek bayi yang digendong si teteh itu, segara diamankan Ayu, sementara aku membantu si teteh nutup lukanya dengan tisu, kerudung dan bajuku kena ternyata, setelah bantuan kotak p3k datang aku mundur membiarkan si Bapak dan Ibu P3K bertugas mengobati luka si teteh yang belakangan tau kalo namanya Tia dan beliau sangat sering liat di Salman.

Beruntungnya, si dede kecil yang ternyata dinamai dengan nama sebuah masjid yang juga melekat di hatiku, “habiburrahman” tidak kenapa-napa, segera kuambil alih si dede dan kugendong dengan penuh rasa sayang.. haha,, tiba2 rasa itu keluar melihat sosok bayi kecil itu di pangkuanku. Dan timbullah rasa itu “Allah,, iin gatau Allah akan ngasih titipan yang seperti ini kapan, tapi subhanallah, jika saat itu tiba iin ingin jadi Ibu yang teramat sangat baik.”

sepanjang perjalanan aku berpikir mengapa ada orang-orang yang tidak memeikirkan keselamatan orang lain. Teganya melempar batu ke badan kereta, kalo ada yang lukanya parah gmana??keretanya rusak gimana? ah.. kembali terpikir karakteristik negeri ini,, Indonesia Indonesia..

ini pengalaman pertama mendapat kejadian seperti itu. Padahal selama ini kenangan berkereta api selalu positif. Ya,, aku ternasuk orang yang sangat keranjingan naik kereta, selain senang karena ga ada kata macet, pemandangan yang Allah suguhkan selalu membuatku berdecak kagum. Apalagi kalo lagi di atas gunung dan dalam terowongan suka heboh sendiri,, hmm jadi ingat bahwa kesenangan berkereta api ini ditularkan oleh salah seorang sahabat dekat di Teknik Kimia mula2 ketika berangkat Kerja Praktek Ke Unilever Cikarang, Bekasi. Sama halnya kesenangan ber-outbond dan bertracking yang juga ditularkan oleh salah seorang pejuang dakwah yang khas dengan “bersihin tu otak” hahaha…

Perjalanan dilanjutkan dengan bertualang di dalam busway,, wow, ini kedua kali naik busway,, seneng sih meski harus tahan bergelayutan di dalam bis. Tapi ketika transit dari Harmoni, kami mikir ga akan kburu kalo ikutan antri kayak gitu (ampuun deh antriannya panjang banget), nah akhirnya diputuskanlah akhirnya bertaksi ria.. ini kali kedua ber-taksi di Jakarta, alhamdulillah Bapak Taksinya baik banget, akhirnya nyampe di Lipi dan antri, dapet stempel 5 menit trus pulang, sepanjang jalan aku tersenyum bareng Ayu betapa perjalanan hari ini ternyata hanya untuk dapet satu stempel ini aja toh,, dasar.. gapapa namanya juga perjuangan.

Perjuangan pulang juga ga kalah seru, negburu kereta jam 4.15 biar bisa pulang ga terlalu larut, dapet siiih tapi aga heboh juga,,di jalan aku ga tidur karena berkutat dengan mushaf kecil dan sebuah buku cerita yang berisi sharing pengalaman yang insyaallah akan kubutuhkan di masa depan,, ahaha apakah itu??

perjalanan hari ini diakhiri cerita asyiknya sampai di sana,, yakin da Allah bakal ngasih kejutan lain di hari esok dan seterusnya,, hanya berharap slain ada kisah-kisah lain, pertambahan keimananku juga ga kalah progressnya,,, yoo,, moga jadi sesuatu yang berguna,,

sebuah perjalanan (ini novel yang asalnya mau dikirim buat lomba tapi gajadi hehehe)

Pagi yang cerah tapi tidak secerah hatiku yang dirundung pilu karena satu impian besar di di dadaku harus kandas karena ketidakberdayaanku dan kedua orang tuaku. Hatiku pilu karena masa depan yang kuimpikan kandas hanya karena alasan Ibu dan Ayahku tidak mampu,, hati kecilku berkata perih, “Allah,, seandainya Kau berikan rezeki lebih” dan tak kuasa tangisan mengalir dari mataku, tersedu menyesali nasibku yang tidak seberuntung teman-temanku.

Teringat sahabat-sahabat kecilku yang selalu diberikan hadiah atas prestasi yang mereka raih, hanya masuk sepuluh besar tapi sudah bisa mendapat mainan dan buku buku bagus. Sementara aku, setiap caturwulan kuraih penghargaan tertinggi sebagai pemegang rangking satu yang tidak pernah terkalahkan oleh siapapun harus cukup menelan ludah dan harus merasa cukup hanya dengan hadiah yang diberikan di sekolah. Padahal selama 6 tahun di sekolah dasar gelar Juara tidak pernah kuberikan pada satu pun teman seangkatanku. Dengan naluri seorang anak kecil waktu itu aku hanya bisa iri dan gigit jari, dan aku harus bisa menerima dengan lapang hati bahwa Ibu dan Ayahku hanya bisa memberikanku senyuman tulus mereka yang tak pernah ku tahu arti dari senyuman itu.

Nasibku memang baik, meskipun tidak mampu, aku diterima di SMP favorit kecamatanku. Bangganya hati ini ketika waktu itu, aku menempati urutan ke-8 NEM tertinggi sekecamatan. Ah, hanya saja saat itu, aku tidak tahu bagaimana aku bisa bersekolah dengan lancar sementara lagi-lagi Ayah dan Ibu tidak memiliki biaya yang cukup. SMPku kini cukup jauh dari rumah, aku harus naik angkot untuk bisa sampai di sekolah, tapi buat ongkos?? Ahh,, tidak mengapa, aku sanggup jalan kaki setiap hari asalkan bisa sekolah.

Sebelum masuk masa sekolah yang sebenarnya aku harus ikut Masa Orientasi Siswa yang diselenggarakan sekolah selama 3 hari. Oleh karena waktu MOS dimulai setiap pukul 06.00 aku tak sanggup harus jalan kaki, akhirnya Ibu berhutang kepada tetangga untuk memenuhi ongkosku pulang dan pergi.

Hari ketiga MOS, aku dikejutkan karena aku adalah orang pertama yang dipanggil ke depan panggung karena didakwa tidak pantas masuk sekolah ini. Hatiku kecut, mataku tak bisa menahan butiran air mata. “aku harus ke mana aku harus ke mana??? Bagaimana bisa?? Aku ga jadi sekolah?? Habislah sudah??” pikiran-pikiram itu berkecamuk dengan hebatnya di kepalaku. Aku tak mau hidupku berakhir, karena jika aku tidak jadi sekolah, hilanglah sudah masa depan itu, aku harus rela menjadi teman Ibu pergi ke kebun dan menjual sayur,, ah tidaak,, aku tak mau, aku yang terkenal di SD yang paling kuat dengan gelar juara 1 mengapa harus berakhir seperti ini..

“ayo cepat Indah, maju ke depan!!!!” salah satu seruan seorang Bapak yang kami menyebutnya Pak Dadan, seorang guru SMP ini yang terkenal galak memang. Beribu pasang mata menatapku dengan berbagai arti, ada yang menatap kasihan dan ada yang menatap sinis. Aku menunduk, mencoba melangkahkan kaki yang benar-benar terasa berat ini. “Indah,, cepat!! Maju ke depan!! Jangan bikin masalah ya!!! Seruan datang lagi,, kali ini dari Kakak Seniorku. Bulir-bulir air mataku benar-benar jatuh tidak tertahankan lagi.. beberapa orang senior maju dan menyeretku maju ke depan. Dan akhirnya tumpah sudah, disaksikan semua orang di gedung aula sekolah, aku menangis sejadi-jadinya mengenang dan berpikir bagaimana kehidupanku nanti. Setelah aku berdiri di depan, Pak Dadan memanggil 9 orang lainnya yag bernasib sama sepertiku. Terdengar sedu sedan dari mereka, dan tiba-tiba satu ruangan mkenjadi riuh oleh tangisan..

“ga mungkin Gita Pak, dia anak baik” seru salah seorang peserta.

“Purnama selama di sekolah dasar selalu jadi yang terbaik, bagaimana bisa dia tidak layak masuk SMP ini??” seru yang lainnya mencoba membela.

“kalian semua diaaam!!!!!” Seru Pak Dadan menghentikan seruan anak-anak itu. “Kalian bersembilan cepat maju, atau aku seret!!!” teriak Pak Dadan.

Kami bersepuluh pun dijejerkan di atas panggung dan disidang dengan tuduhan hal-hal yang tidak pernah kami lakukan.

“kalian selalu datang terlambat, tidak patuh terhadap aturan!!! Tidak pantas ada di sekolah ini!! Baru saja masuk sudah bikin onar!!” teriak Pak Dadan.

“tapi saya tidak pernah terlambat Pak!! Seru salah seorang yang aku kenal sebagai anak bernama Purnama.

“yang jelas saya punya data pelanggaran yang kalian semua lakukan. Ada yang tidak sopan sama senior, ada yang tidak ramah kepada temannya, ada yang tidak pakai atribut yang seharusnya dipakai. Pokoknya kalian tidak akan diterima di sekolah ini!!! Titik!!!” teriak Pak Dadan.

Lalu tiba-tiba muncul seorang Bapak lain yang dikenal sebagai Pak Dayat. “Pak Dadan cobalah tenang dulu, kita tanya anak ini satu-satu,, kenapa mereka bisa berbuat seperti itu. Kita tanya pula akan ke mana mereka jika tidak diterima di sekolah kita!!”

“Ahh, jika murid-murid nakal ini sampai diterima, jangan harap saya masih mau di sekolah ini!! Mau jadi apa sekolah ini jika punya murid-murid yang baru masuk saja udah bikin ulah!!! Pokoknya mereka atau saya yang pergi!!!” teriak Pak Dadan.

Seketika ruangan itu riuh, beberapa senior mencoba berdiskusi dengan Pak Dadan, demikian halnya dengan Pak Dayat. Kemudian, Pak Dayat menghampiri kami satu-satu dan bertanya kenapa kami melanggar aturan dan mau ke sekolah mana kami.. satu-satu menjawab, tiba giliranku, aku tak bisa menjawab sama sekali, tak bisa karena aku tidak tau harus ke mana, untuk bisa ke sekolah swasta biaya sekolah tak ada yang bisa menanggung. Ke sini pun aku bisa dengan kata “dipaksakan” karena kata Guru di SD sayang jika anak pintar sepertiku, harus kenyang menikmati sekolah hanya sampai SD saja.

Dengan terisak-isak dan susah payah aku menjawab “saya ti tidak pe..pernaah me..me..langgar. Ibu sa..sa..saya sam..pai ber..hu..hutang hiks hiks su..pa..ya sa..sa..ya bisa datang te..te..tepat waktu, sa..sa..sa..ya kalo ti..tidak ke sini.. tidak mungkin seko..lah huuuhuuu..saya ti..tidak pu..punya bi..aya Pak,,”

Semua anak menangis terharu mendengar satu-satu jawaban dari kami,, aku hanya bisa menelungkupkan tangan di muka menatap gelapnya hidupku ke depan,, penjual sayur,,

Pak Dadan menggebrak meja, “makanya!! Sudah cukup,, saya pergi kalo sekolah ini tetap akan mempertahankan murid-murid macam ini!!” dan Pak Dadan pun pergi sambil membanting pintu. Dalam hati, aku berpikir, sekolah pasti akan lebih memilih Pak Dadan dibandingkan kami, aku pasrah, aku pasrah..

Sepuluh menit kemudian, gedung aula hening, hanya isak tangis sesekali yang terdengar. Para senior memberikan tas kami dan menepuk bahu kami menyuruh kami pulang. Langkah kaki kami gontai mencoba keluar dari ruangan. Namun yang membuat kaget, adalah di depan pintu kami dihadang Pak Dadan. “siapa yang menyuruh kalian pergi??” tanyanya. Kami bersepuluh saling berpandangan tidak mengerti. “Ayo kembali ke panggung, saya mau mengumumkan sesuatu!!!” teriaknya. Kami pun melangkah lagi ke panggung dengan penuh tanda tanya dengan kecamuk yang luar biasa di dada.

Pak Dadan mengambil mic dan berseru “kalian lihat anak-anak, di depan ini ada sepuluh murid yang didakwa tidak pantas masuk sekolah ini!!!” Pak Dadan diam dan melanjutkan bicaranya sambil menatap ke seluruh penjuru ruangan. “Salah!!!!! Merekalah murid baru terbaik sekolah ini!!! Setelah 3 hari MOS, mereka memiliki performa paling baik dari segi akademik maupun etika!!!” seketika ruangan riuh. Aku yang mendengar itu setengah sadar dan tidak percaya apa yang dikatakan Pak Dadan. “ya, mereka adalah sepuluh siswa baru terbaik angkatan ini!! Tepuk tangan atas prestasi mereka!!!!” sekali lagi Pak Dadan berteriak, dan baru saat itu aku sadar bahwa semua ini hanya sandiwara, dan seketika kegelapan bayangan masa depanku sirna berganti cahaya yang kemilau dengan harapan dan keyakinan.

Setelah hari itu, aku ingat betul, betapa cemerlang dan berkilaunya hari-hariku di sekolah menengah, gelar juara yang  biasa kuraih juga tak sulit kudapatkan karena ikhtiar dan kerja kerasku terutama karena kenikmatan yang selalu kurasakan ketika aku bergulat dengan ilmu pengetahuan, sungguh menyenangkan dan menantang.

Dan kini, aku dihadapkan pada kondisi yang sama seperti ketika aku hampir kandas melanjutkan sekolah. Aku yang didakwa mendapatkan gelar juara 2 lomba cepat tepat se-Jabodetabek yang diadakan sebuah sekolah analis kimia di sebuah kota, juga terancam tidak melanjutkan sekolah ke SMU, padahal sang penyandang gelar juara 1, 2, dan 3 dipersilakan masuk sekolah analis kimia tersebut tanpa tes. Hanya tinggal mempersiapkan uang pendaftaran dan biaya SPP. Masalahnya adalah mempersiapkan dana 10 juta untuk masuk SMAK tersebut, orang tuaku tidak mampu, padahal ada beasiswa untuk Sang Juara di sana..yah sudahlah.

Untungnya Pak Dayat yang mngetahui ketidakberdayaanku memberikan solusi dan merekomendasikanku pada seorang guru di SMU Favorit di kabupaten. Beliau berkata bahwa aku tidak perlu kawatir dengan biaya lagi karena katanya Insyaallah selama aku bisa maksimal dalam belajar maka aku akan bisa lulus bahkan sampai universitas. Kusimpan baik-baik nasehat Pak Dayat di dalam kepalaku, kucoba mengira-ngira apa  yang harus kulakukan untuk membuat itu semua benar-benar terwujud dengan mengesampingkan segala keterbatasan yang ada. Piuh,, bisakah?? Tanyaku dalam hati, namun kini hatiku sedikit tenang,,”ah Allah alhamdulillah Kau masih memberikanku bantuan” batinku dalam hati.

Kujalani hari-hariku di SMP dengan sangat menyenangkan, meskipun tidak bisa membeli semua buku yang diharuskan, aku masih bisa mencatat buku-buku pinjaman teman-teman, namun ternyata hal yang kulakukan itu membuatku menjadi jauh lebih paham dari teman-teman yang lain. Keterbatasan yang ada pada diriku berhasil kusulap menjadi kekuatan. Tak urung, aku menjadi pusat perhatian guru dan teman-teman. Semakin hari semakin aku mantap bahwa di balik ketidakberdayaan dan keterbatasan yang kumiliki, ada skenario ajaib yang membuat keterbatasan itu menjadi kekuatan.

“Indaaaaaahhh,, ayolah kasih tau aku jawabannya!!!”teriak Linlin. Aku cuma cengengesan dan geleng-geleng kepala,,”hehehe,, cari sendiri laah aku ga mau ngasih”, “huuh jahaaaaaaaaaaat!!!”

(to be continued)